Follow Us @soratemplates

Selasa, 05 Oktober 2021

Massa Atom Relatif (Ar), Massa Molekul Relatif (Mr) dan Menentukan Elektron Valensi

Oktober 05, 2021 0 Comments

 

A.     Massa Atom Relatif (Ar) dan Massa Molekul Relatif (Mr)

1.    Massa Atom Relatif (Ar)

     Massa atom relatif suatu unsur adalah perbandingan massa rata-rata unsur dengan  massa 1 atom C-12. Misalnya, Ar unsur A dirumuskan sebagai berikut.



Massa 1 atom C-12 = 12 satuan massa atom (sma)

Contoh:

Tentukan massa atom relatif dari atom He yang massa rata-ratanya 4,003 sma!

Jawab:

            


  2.    Massa Molekul Relatif (Mr)

     Massa molekul relatif adalah perbandingan massa 1 molekul dengan  massa 1 atom C-12. Misalnya Mr unsur A dirumuskan sebagai berikut.


Molekul terbentuk dari atom-atom, sehingga Mr merupakan penjumlahan Ar dari unsur-unsur yang menyusun

molekul.

Contoh:

Tentukan massa molekul relatif H2SO4 bila diketahui Ar H = 1, Ar S = 32, dan Ar O =16!

Jawab:

Mr H2SO4 = (2 x Ar H) + (1 x Ar S) + (4 x Ar O)

          = (2 x 1) + (1 x 32) + (4 x 16)   = 98


Latihan 1.1

Tentukan massa molekul relatif (Mr) jika diketahui Ar H = 1; O = 16; S = 32; Cl = 35,5; Cu = 63,5; Mg = 24.

        a. CuSO4                                   c. Mg (OH)2

        b. H2SO4                                   d. HCl

B.  Menentukan Elektron Valensi


1.    Konfigurasi Elektron

     Konfigurasi (susunan) elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Setiap kulit atom dapat terisi elektron maksimum 2n2, di mana n merupakan letak kulit.

Jika n = 1 maka berisi 2 elektron

Jika n = 2 maka berisi 8 elektron

Jika n = 3 maka berisi 18 elektron, dan seterusnya.

Tabel Jumlah Elektron Maksimum Setiap Kulit


Perhatikan konfigurasi elektron pada unsur dengan nomor atom 19. Konfigurasi elektronnya     K     L    M    N

                                                 bukanlah    2     8      9

           tetapi    2      8     8     1

1.    Elektron Valensi

     Elektron valensi adalah elektron-elektron yang menghuni kulit terluar dari suatu atom, yaitu kulit yang paling jauh dari  inti.

Contoh:

Berapakah elektron valensi dari natrium? Konfigurasi elektron 11Na =  2  8  1. Kulit terluar dihuni 1 elektron. Jadi elektron vaelnsi dari natrium = 1.

Unsur-unsur yang mempunyai jumlah elektron valensi yang sama akan memiliki sifat kimia yang sama pula.

Latihan 1.2

1.    Tuliskan konfigurasi elektron dari atom-atom dengan nomor atom: 5, 11, dan 16.

2.    Tuliskan konfigurasi elektron suatu atom yang memiliki nomor massa 35 dan jumlah neutron 18.

3.    Tuliskan konfigurasi elektron suatu atom dengan nomor atom: 31, 38, dan 52.

4.    Tuliskan konfigurasi elektron suatu atom yang memiliki nomor massa dan jumlah neutron sebagai berikut: 32 dan 16; 33 dan 17; 34 dan 18.

5.    Tentukan berapakah elektron valensi dari unsur-unsur berikut: 9F, 13Al, 16S, dan 53I.

 

 

 

 


Minggu, 21 Maret 2021

HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Maret 21, 2021 73 Comments

 HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

Tujuan Pembelajaran :

  1. Mengidentifikasi hukum-hukum dasar kimia. 
  2. Menerapkan hukum-hukum dasar kimia untuk menyelesaikan perhitungan kimia. 
  3. Menginterpretasi data hasil percobaan menggunakan hukum-hukum dasar kimia


  1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
  2.                      Seorang ahli kimia Prancis bernama Anthony Laurent Lavoisier (1743-1794) melakukan percobaan. Ia menimbang massa zat sebelum dan setelah reaksi pemanasan oksida raksa secara teliti, ternyata terjadi pengurangan massa  oksida raksa. Menurut Lavoisier, ketika oksida raksa dipanaskan menghasilkan gas oksigen, massa dari oksida raksa berkurang. Lavoisier juga membuktikan kebalikannya, jika sebuah logam dipanaskan di udara, massanya akan bertambah sesuai dengan jumlah oksigen yang diambilnya dari udara.

Kesimpulan Lavoisier ini dikenal dengan nama Hukum Kekekalan Massa.
Contoh soal:
Superfosfat adalah pupuk yang mudah larut dalam air. Pupuk ini merupakan campuran antara Ca(H2PO4)2 dengan CaSO4 dengan perbandingan jumlah molekul 1 : 2. Pupuk ini dibuat melalui reaksi berikut: 
Ca3(PO4) + 2H2SO4 → Ca(H2PO4)2 + 2CaSO4 
Jika 300 g Ca3(PO4)2 bereaksi sempurna dengan 189,7 g H2SO4, berapa massa pupuk superfosfat yang dihasilkan? 
Penyelesaian: 
Ca3(PO4) + 2H2SO4 → Ca(H2PO4)2 + 2CaSO4 
      300 g         189,7 g                                    
Berdasarkan hukum kekekalan massa, massa zat sebelum reaksi sama dengan massa zat sesudah reaksi. Jadi, massa pupuk superfosfat yang dihasilkan 
 = massa Ca3(PO4)2 + 2H2SO4 
 = 300 g + 189,7 g = 489,7 g

2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

             Senyawa yang sama meskipun berasal dari daerah berbeda atau dibuat dengan cara yang berbeda ternyata mempunyai komposisi yang sama. Contohnya, hasil analisis terhadap garam natrium klorida dari berbagai daerah sebagai berikut. 

               Sebagaimana ditunjukkan dalam perhitungan di atas, bahwa perbandingan massa Na terhadap Cl ternyata tetap, yaitu 1 : 1,54. Jadi, senyawa tersebut memenuhi hukum Proust. 
Contoh soal: 
Jika reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen menghasilkan 18 gram uap air, berapakah massa H dan O dalam H2O? (massa atom relatif H = 1; O = 16). 
 Penyelesaian:


3. Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)

              John Dalton (1766 – 1844) mengamati adanya suatu keteraturan yang terkait dengan perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa. Untuk memahami hal ini, perhatikan tabel hasil percobaan reaksi antara nitrogen dengan oksigen berikut.
Tabel : Reaksi antara Nitrogen dan Oksigen
                            Dengan massa oksigen yang sama, ternyata perbandingan massa nitrogen dalam senyawa nitrogen dioksida dan senyawa nitrogen monoksida merupakan bilangan bulat dan sederhana.




4. Hukum Perbandingan Volum (Hukum Gay - Lussac)

           Pada tahun 1808 Josep Louis Gay Lussac dari Perancis menyelidiki hubungan antara volum gas-gas dalam suatu reaksi kimia. Ia menemukan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, satu volum gas oksigen bereaksi dengan dua volum gas hidrogen menghasilkan dua volum uap air.

Dari data percobaan tersebut Gay Lussac menyimpulkan:
Berikut contoh perbandingan volum pada reaksi-reaksi gas pada kondisi (suhu dan tekanan) yang sama.


         Hukum ini hanya berlaku untuk reaksi-reaksi gas yang susunan molekulnya sederhana. Hukum perbandingan volum ini diperoleh semata-mata dari hasil percobaan. Berdasarkan hukum ini, kita dapat menghitung volum gas pada suatu reaksi, jika volum salah satu gas diketahui.

Contoh soal: 
Salah satu komponen gas elpiji yang biasa digunakan dalam kegiatan rumah tangga adalah gas propana (C3H8). Pada suhu dan tekanan tertentu, gas propana terbakar sempurna dengan oksigen menurut reaksi berikut: 
                                        C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g) 
Bila reaksi ini memerlukan 3 L gas oksigen, berapa volume C3H8 yang bereaksi dan gas-gas lain yang dihasilkan?

Penyelesaian:
 

5. Hipotesis Avogadro
    Hipotesis Avogadro berbunyi : 
Berdasarkan hipotesis tersebut Ananda dapat menentukan jumlah molekul gas lain, jika volumnya diketahui.

 Contoh Soal :

            Gas nitrogen dan gas hidrogen dapat bereaksi membentuk gas amoniak (NH3) pada keadaan tekanan dan suhu yang sama. Jika 40 molekul gas nitrogen, berapa molekul gas hidrogen yang diperlukan dan berapa molekul gas NH3 yang dihasilkan?


Latihan Soal

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan tepat!
  1. Berikut ini tabel reaksi antara tembaga dan belerang (sulfur) yang menghasilkan tembaga(II) sulfida berdasarkan Hukum Kekekalan Massa. Lengkapi tabel dan tulis persamaan reaksinya.
        
       2.   Logam natrium jika direaksikan dengan gas oksigen akan dihasilkan natrium oksida. Data
             beberapa percobaannya adalah sebagai berikut.
        
            a. Tentukan perbandingan massa natrium dengan massa oksigen pembentuk senyawa pada setiap
                percobaan. 
            b. Apakah data tersebut sesuai dengan hukum perbandingan tetap? Jelaskan! 
            c. Tulis reaksi pada percobaan tersebut! 
       3.  Dua liter gas propana, C3H8 bereaksi dengan gas oksigen menghasilkan karbon dioksida dan
            uap air.
            Tentukan: 
            a. volum gas O2 yang diperlukan; 
            b. volum gas CO2 yang dihasilkan; 
            c. volum uap air yang dihasilkan.

Sumber :
  • Kusumaningrum, Wiwik Indah, 2020, Modul Pembelajaran Kimia SMA, Kelas X,  Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN, Jakarta 
  • Utami, Budi, dkk. 2009. KIMIA Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional









 

Rabu, 03 Maret 2021

MAKROMOLEKUL (POLIMER)

Maret 03, 2021 0 Comments

 POLIMER


A. Reaksi Polimerisasi

Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan molekul-molekul sederhana (monomer) menjadi     polimer (makromolekul). Reaksi polimerisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
Polimer terbentuk dari monomer melalui reaksi polimerisasi (Teguh Pangajuanto, 2009)

1. Polimerisasi Adisi

          Polimerisasi adisi adalah penggabungan molekul-molekul yang berikatan rangkap membentuk rantai molekul yang panjang (polimer). Polimerisasi adisi dapat berlangsung dengan bantuan katalisator. Contoh : Pembentukan polietilena dari etena.
Pembentukan teflon atau politetra fluoroetilena
Reaksi polimerisasi adisi banyak dimanfaatkan pada industri plastik dan karet.

2. Polimerisasi Kondensasi

            Polimerisasi kondensasi adalah reaksi antara dua gugus fungsional pada molekul-molekul monomer yang berinteraksi membentuk polimer dengan melepaskan molekul kecil (H2 O, NH3 ). Contoh: Pembentukan nilon 66.

Nilon 66 mempunyai massa molekul relatif ± 10.000 dan titik lelehnya ±250°C.

B. Penggolongan Polimer

1. Berdasarkan Asalnya

   a. Polimer Alam

            Polimer alam adalah polimer yang telah tersedia di alam dan terbentuk secara alami. Contoh: Karet alam (poliisoprena)
Beberapa contoh polimer alam yang lain adalah protein, amilum, selulosa, glikogen, dan asam nukleat.

b. Polimer Sintetis

          Polimer sintetis atau polimer buatan dibuat sebagai tiruan. Polimer sintetis meliputi plastik, karet sintetis, dan serat sintetis. Contohnya plastik polietilena, PVC, polipropilena, teflon, karet neoprena, karet SBR, nilon, dan tetoron.

2. Berdasarkan Jenis Monomer

a. Kopolimer

              Kopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer yang berbeda. Contoh: Dacron tersusun dari monomer asam tereftalat dan etanadiol.

Contoh kapolimer yang lain adalah saran, polietilena tereftalat, bakelit, nilon, dan karet nitril.

b. Homopolimer

           Homopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer yang sama Contoh: PVC tersusun dari monomer vinil klorida.


Contoh homopolimer yang lain adalah polipropilena, polietilena, teflon, PVA

3. Berdasarkan Sifatnya terhadap Panas

a. Polimer Termoseting

         Polimer termoseting artinya hanya dapat dipanaskan satu kali yaitu pada saat pembuatannya sehingga apabila pecah tidak dapat disambung kembali dengan pemanasan atau dicetak ulang dengan pemanasan.  Contoh polimer termoseting adalah bakelit dan melamin.

b. Polimer Termoplas

          Polimer termoplas dapat dipanaskan berulang-ulang karena polimer termoplas melunak bila dipanaskan dan mengeras bila didinginkan sehingga apabila pecah dapat disambung kembali dengan pemanasan atau dicetak ulang dengan pemanasan. 
Contoh: polietena, PVC, polistirena.


Sumber :
Kimia 3 untuk SMA/MA Kelas XII, Teguh Pangajuanto dan Tri Rahmidi, 2009

Latihan :

Untuk menguji pemahaman kalian, maka silahkan kalian mengerjakan latihan di : https://docs.google.com/forms/d/1RNJ8_I4xVKRQpI85ytpajLa2iHzSwwHIOctXM8Jc_sA/edit








Minggu, 14 Februari 2021

REDUKSI OKSIDASI (REDOKS)

Februari 14, 2021 76 Comments

 REDUKSI OKSIDASI (REDOKS)

Setelah mempelajari materi ini, Anda akan dapat :

  • Menjelaskan konsep reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen.
  • Menuliskan reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen.
  • Menjelaskan konsep reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
  • Menjelaskan pengertian reaksi redoks.
  • Menjelaskan pengertian bilangan oksidasi.
  • Menjelaskan aturan penentuan bilangan oksidasi.

REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI

Reaksi pengikatan oksigen lazim disebut reaksi oksidasi. Sebaliknya, reaksi pelepasan oksigen disebut reaksi reduksi. Sebenarnya, reduksi dan oksidasi berlangsung secara simultan (bersamaan), sehingga penamaan yang lebih tepat adalah reduksi-oksidasi atau reaksi redoks.

Reaksi redoks banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari  maupun dalam industri. Beberapa contohnya yaitu perkaratan logam, reaksi pembakaran, respirasi, dan proses pengolahan logam dari bijihnya.

1.      Perkembangan Konsep Reduksi dan Oksidasi

a.      Reduksi dan Oksidasi sebagai Pelepasan dan Pengikatan Oksigen

      Pada awalnya, pengertian oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan oksigen.

Sumber oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator. Pada contoh 1, 2, dan 3 di atas, oksidator yang digunakan adalah oksigen, sedangkan pada Contoh 4, oksidatornya adalah KClO3.

Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi disebut reduktor. Pada contoh di atas, reduktor yang digunakan adalah CO, Al, dan H2.

b.      Reduksi dan Oksidasi sebagai Pengikatan dan Pelepasan Elektron

c.      Reaksi Reduksi-Oksidasi sebagai Penurunan dan Peningkatan Bilangan Oksidasi


2.      Konsep Bilangan Oksidasi

      a.      Pengertian Bilangan Oksidasi

Besarnya muatan yang diemban oleh suatu atom dalam suatu senyawa, jika semua elektron ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih elektronegatif, disebut bilangan oksidasi.

b.    Penentuan Bilangan Oksidasi Suatu Unsur

Aturan penentuan bilangan oksidasi unsur adalah:

a).    Unsur bebas (misalnya H2, O2, N2, Fe, dan Cu) mempunyai bilangan oksidasi = 0.

b).  Umumnya unsur H mempunyai bilangan oksidasi = +1, kecuali dalam senyawa hidrida, bilangan oksidasi H = –1.

c).  Umumnya unsur O mempunyai bilangan oksidasi = –2, kecuali dalam senyawa peroksida, bilangan oksidasi O = –1, dalam F2O (bilangan oksidasi O = +2), dan dalam superoksida, seperti KO2 (bilangan oksidasi O = -1/2).

d).   Fluorin, unsur yang paling elektronegatif dan membutuhkan tambahan 1 elektron, atomnya mempunyai bilangan oksidasi = –1 pada semua senyawa.

e).   Unsur logam mempunyai bilangan oksidasi selalu bertanda positif.

f).    Bilangan oksidasi ion tunggal = muatannya

g). Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa = 0.

h).  Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam ion poliatom = muatan ion.

Contoh Soal Menentukan bilangan oksidasi

Tentukan bilangan oksidasi unsur yang digaris bawahi pada senyawa berikut.

a.    a. Fe2O3             b. H2O2            c. MnO4            d.  Fe2(SO4)3